Gangguan bipolar merupakan penyakit kejiwaan yang ditandai dengan perubahan nuansa hati (mood) yang ekstrem. Gejala gangguan bipolar terdiri dari dua episode utama yaitu mood elasi yang disebut dengan manik dan mood depresi. Karena ada depresi, terkadang orang dengan gangguan bipolar mendapat diagnosis yang keliru menjadi depresi mayor.
Saat terdiagnosis dengan depresi, terapi obat-obatan yang digunakan adalah pemberian antidepresan. Padahal obat-obatan antidepresan bukanlah obat yang tepat untuk gangguan bipolar dan justru akan memperburuk kondisi.
Nurmiati Amir, psikiater dari Departemen Psikiatri FKUI/RSCM, mengatakan, kalau antidepresan diberikan pada orang dengan gangguan bipolar justru akan memicu episode manik. "Obat depresi mayor dengan gangguan bipolar berbeda. Maka orang dengan gangguan bipolar tidak akan menunjukkan respons yang baik jika diberikan obat yang salah," ujarnya pekan lalu di Jakarta.
Jika penggunaan antidepresan diteruskan, maka akan terjadi siklus yang cepat antara episode manik dan depresi atau yang disebut dengan rapid cycling. Seseorang dengan gangguan bipolar dikatakan mengalami rapid cycling bila ia mengalami paling tidak empat kali siklus dalam setahun. Satu kali siklus dimaksudkan untuk pergantian antara episode manik dan depresi.
Salah diagnosis gangguan bipolar biasanya terjadi karena episode yang sering ditemukan di awal adalah depresi. Bahkan episode ini bisa terjadi berulang-ulang sebelum episode manik muncul. Khususnya pada wanita.
Obat-obatan yang digunakan untuk gangguan bipolar adalah obat golongan mood stabilizer. Kerja obat ini adalah untuk menekan perubahan mood antara manik dan depresi.
Obat-obatan mood stabilizer antara lain terdiri dari mineral seperti litium, dan anti-konvulsan. Sejauh ini hanya obat-obatan tersebut yang memberikan dampak untuk pengobatan gangguan bipolar. Menurut Nurmiati, belum ada obat-obatan herbal untuk mengatasi gangguan bipolar.
Sumber : Merdeka.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar