Berbagai macam sayuran dan buah-buahan dapat tumbuh subur di atas tanah
ibu pertiwi. Meski demikian, produk pangan impor juga merajalela di
Indonesia. Para petani lokal pun bisa gigit jari karenanya. Padahal,
produk lokal seperti sayuran dan buah-buahan dinilai memiliki kandungan
gizi yang lebih sehat daripada produk impor.
Produk lokal yang dijual di pasaran tidak melalui proses pengawetan. Sayuran dan buah-buahan lebih segar karena langsung didistribusikan setelah dipanen dari kebun petani.
"Misalnya, kalau dari luar harus diawetkan dulu, ada proses bioteknologi, jadi sayuran atau buahnya tetap segar walau perjalanan jauh. Padahal makanan itu tidak didesain untuk perjalanan panjang," kata Ketua Agritektur, Robbi Zidna Ilman di Jakarta, Jumat (26/9/2014).
Menurut Robbi, nutrisi yang dihasilkan dari sayuran dan buah-buahan lokal juga bisa lebih baik dibanding produk impor. Sebab, terkadang bahan pangan impor dipanen sebelum waktunya agar tidak mengalami pembusukan ketika sampai di pasaran Indonesia. Hal ini lah yang membuat kandungan nutrisi dari sayuran atau buah-buahan tersebut tidak maksimal.
"Kalau lokal, meskipun bukan bahan pangan organik, memiliki rasa yang lebih baik dan nutrisi lebih tinggi karena dipanen saat benar-benar matang. Bahan pangan juga dijual segar setelah dipanen," terang Robbi.
Tak hanya bermanfaat bagi kesehatan, makanan yang berasal dari bahan-bahan lokal juga dapat berkontribusi bagi lingkungan. Semakin jauh jarak yang ditempuh bahan pangan sebelum diterima konsumen, maka makin banyak energi terbuang. Distribusi bahan pangan menyumbang emisi karbon di bumi.
Komunitas Agritektur asal Bandung, Jawa Barat ini pun menggelar "Eat Local" untuk mendukung produk pangan lokal dari para petani. Dalam kegiatan ini, Agritektur mengundang petani lokal untuk menjual langsung hasil panen mereka di Parappa atau Pasar Patani. Salah satunya adalah Asep Kurnia, petani asal Desa Ciburial, Bandung.
Asep merupakan petani sayuran maupun tanaman yang menanam tanpa pestisida atau bahan kimia lainnya. Menurut Asep, ia dapat berbagi pengalaman dengan menjual langsung hasil panennya ke konsumen. Kegiatan ini juga sekaligus untuk membantu perekonomian para petani lokal.
Sementara itu, pakar ilmu gizi dari Institus Pertanian Bogor Ahmad Sulaiman sebelumnya pernah mengungkapkan, bahwa produk pangan lokal memiliki keunggulan lebih dibanding produk impor.
Mengonsumsi pangan lokal terutama buah dan sayuran asli Indonesia, tak hanya mendapat nutrisi yang lebih tinggi, tetapi juga dapat membantu mencegah penyakit degeneratif seperti diabetes, kanker, stroke atau pun sakit jantung.
Bahan pangan lokal relatif lebih aman, apalagi jika tanpa pestisida dan pengawet. Sementara itu, produk impor sangat dimungkinkan disemprot pestisida dan dilapisi fungisida untuk mencegah pembusukan selama pendistribusian.
Produk lokal yang dijual di pasaran tidak melalui proses pengawetan. Sayuran dan buah-buahan lebih segar karena langsung didistribusikan setelah dipanen dari kebun petani.
"Misalnya, kalau dari luar harus diawetkan dulu, ada proses bioteknologi, jadi sayuran atau buahnya tetap segar walau perjalanan jauh. Padahal makanan itu tidak didesain untuk perjalanan panjang," kata Ketua Agritektur, Robbi Zidna Ilman di Jakarta, Jumat (26/9/2014).
Menurut Robbi, nutrisi yang dihasilkan dari sayuran dan buah-buahan lokal juga bisa lebih baik dibanding produk impor. Sebab, terkadang bahan pangan impor dipanen sebelum waktunya agar tidak mengalami pembusukan ketika sampai di pasaran Indonesia. Hal ini lah yang membuat kandungan nutrisi dari sayuran atau buah-buahan tersebut tidak maksimal.
"Kalau lokal, meskipun bukan bahan pangan organik, memiliki rasa yang lebih baik dan nutrisi lebih tinggi karena dipanen saat benar-benar matang. Bahan pangan juga dijual segar setelah dipanen," terang Robbi.
Tak hanya bermanfaat bagi kesehatan, makanan yang berasal dari bahan-bahan lokal juga dapat berkontribusi bagi lingkungan. Semakin jauh jarak yang ditempuh bahan pangan sebelum diterima konsumen, maka makin banyak energi terbuang. Distribusi bahan pangan menyumbang emisi karbon di bumi.
Komunitas Agritektur asal Bandung, Jawa Barat ini pun menggelar "Eat Local" untuk mendukung produk pangan lokal dari para petani. Dalam kegiatan ini, Agritektur mengundang petani lokal untuk menjual langsung hasil panen mereka di Parappa atau Pasar Patani. Salah satunya adalah Asep Kurnia, petani asal Desa Ciburial, Bandung.
Asep merupakan petani sayuran maupun tanaman yang menanam tanpa pestisida atau bahan kimia lainnya. Menurut Asep, ia dapat berbagi pengalaman dengan menjual langsung hasil panennya ke konsumen. Kegiatan ini juga sekaligus untuk membantu perekonomian para petani lokal.
Sementara itu, pakar ilmu gizi dari Institus Pertanian Bogor Ahmad Sulaiman sebelumnya pernah mengungkapkan, bahwa produk pangan lokal memiliki keunggulan lebih dibanding produk impor.
Mengonsumsi pangan lokal terutama buah dan sayuran asli Indonesia, tak hanya mendapat nutrisi yang lebih tinggi, tetapi juga dapat membantu mencegah penyakit degeneratif seperti diabetes, kanker, stroke atau pun sakit jantung.
Bahan pangan lokal relatif lebih aman, apalagi jika tanpa pestisida dan pengawet. Sementara itu, produk impor sangat dimungkinkan disemprot pestisida dan dilapisi fungisida untuk mencegah pembusukan selama pendistribusian.
Sumber: health.kompas.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar